Rabu, 20 Juli 2011

Proposal Festival Pendidikan FKIP UMK 2010

Proposal Festival Pendidikan 2010

Proposal Workshop FKIP UMK 2008

Proposal Workshop FKIP UMK 2008

Proposal English Competition FKIP UMK 2008

Proposal English Competition 2008

PROPOSAL EMH AINUN NAJID & KIAI KANJENG

Proposal EMHA

Proposal EFC FKIP UMK 2009

Proposal Efc Fkip Umk 2009

Proposal LKMM FKIP UMK 2008

LKMM FKIP UMK 2008

Proposal WORKSHOP PENDIDIKAN



Proposal

WORKSHOP PENDIDIKAN
(English Fun for Children (EFC))







“Menumbuhkan Minat Belajar Bahasa Inggris Siswa”







BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2008



I.        LATAR BELAKANG
No English no life”, mungkin itulah fenomena yang terjadi dalam masyarakat sekarang ini. Kita tahu bahwa untuk melamar pekerjaan sekarang ini, disamping kita harus menguasai bidang itu kita juga dituntut bisa berbahasa Inggris. Tentunya tidak hanya dalam instansi saja bahkan Bahasa Inggris juga kita temui dalam barang-barang yang kita gunakan sehari-hari seperti dalam kemasan produk makanan, alat elektonik dan sebagainya.
Yang lebih marak lagi, Bahasa Inggris sekarang tidak hanya kita temukan di bangku sekolahan saja melainkan sudah menjadi bahasa komunikasi bagi kita semua. Khususnya dalam pendidikan di negara kita, Bahasa Inggris sudah di anggap sebagai kebutuhan pokok, dan dijadikan salah satu materi yang menentukan kelulusan peserta didik di level SMP, SMA dan Sederajat.
Yang paling baru, Bahasa Inggris tidak hanya di ajarkan di sekolah menengah, melainkan juga harus sudah diajarkan di Sekolah Dasar dan Sederajat. Tentunya kita tidak menginginkan Bahasa Inggris ini hanya menjadi beban tambahan bagi siswa. Yang pada akhirnya siswa kurang minat untuk mempelajarinya dan tidak bisa mengaplikaikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dalam hal ini kita membutuhkan peran guru yang bisa mendesign pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan serta dapat di pahami dengan mudah, sehingga akan menambah minat belajar siswa.
Yang kemudian menjadi permasalahan adalah apakah para insan pendidikan sudah siap dengan itu? Apakah seorang  guru bahasa Inggris di sekolah dasar  sudah mempunyai kompetensi dalam mengajarkan bahasa Inggris kepada anak-anak di Sekolah Dasar? Karena anak seusia pelajar di SD belum bisa konsentrasi penuh dan masih senang dengan hal–hal yang bersifat fun dan baru,  hal ini sangat berbeda sekali dengan ketika mengajar Bahasa Inggris di sekolah-sekolah menengah.
Beberapa fenomena yang terjadi, bahwa beberapa guru Bahasa Inggris di beberapa sekolah dasar umumnya tidak mempunyai background knowledge Bahasa Inggris, mereka hanya berbekal pada kemampuan dasar Bahasa Inggris pada waktu mereka masih duduk dibangku kuliah atau schooling, dan yang justru lebih parah lagi ada beberapa yang melakukannya atas dasar terpaksa karena tidak ada lagi guru disekolah setempat yang bisa atau mau mengajarkan Bahasa Inggris.

Proposal FESTIVAL PENDIDIKAN


FESTIVAL PENDIDIKAN
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FKIP-UMK
“Psikopedagogik Berbingkai Budaya”


 
A.   NAMA KEGIATAN
Adapun kegiatan yang akan kami laksanakan ini di beri nama:
“Festival Pendidikan Jawa Tengah 2010”

B.   TEMA KEGIATAN
Tema kegiatan yang akan kami laksanakan adalah:
“Psikopedagogik Berbingkai Budaya”

C.   LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah kunci kesuksesan dan kemajuan suatu bangsa. Pasalnya, dari pendidikan itulah akan muncul berbagai inovasi yang bermanfaat bagi suatu bangsa. Hal ini bisa kita lihat di negara China, Amerika Serikat, bahkan Jepang. Bangsa jepang pasca pengeboman di Nagasaki dan Hirosima pada 1945 telah meluluh lantahkan negeri matahari terbit tersebut, sehingga mengalami kekalahan perang yang mengakibatkan kejatuhan Jepang diberbagai bidang.
Untuk membawa Jepang kembali dari keterpurukan, Kaisar Jepang saat itu mengintruksikan kepada pejabatnya untuk mengumpulkan guru yang masih tersisa pasca pengeboman tersebut. Alhasil, dari guru yang tersisa tersebut mampu mengembalikan Jepang menuju kejayaanya dan membuat para analisis yang mempredeksi Jepang akan kembali pulih dalam kurun 75 tahun tercengang. Pasalnya, hanya dalam kurun 35 tahun Jepang sudah pulih dari keterpurukan.
Tentunya Indonesia sebagai bangsa yang berkembang juga menyadari hal tersebut. Kemajuan bangsa tergantung sejauh mana pengelolaan pendidikan dilakukan. Beberapa upaya untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan nasional sudah banyak di lakukan. Mulai dari Perubahan Kurikulum, Mengadakan satndart minimum kelulusan melalui Ujian Akhir Nasional (UAN), peningkatan mutu  dan kompetensi guru melalui sertifikasi, kebijakan sekolah gratis, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Badan Hukum Pendidikan (BHP) bahkan pengadaan Rintisan Sekolah Berstandart Internasional (RSBI).
 Namun, kebijakan tersebut belum bisa banyak membantu perkembangan pendidikan di Indonesia. Bahkan, kebijakan tersebut menimbulkan kontroversi di masyarakat. Misalnya RSBI dan BHP yang menimbulkan kontroversi, karena masyarakat berfikir bahwa dengan kebijakan tersebut, pendidikan nantinya hanya bagi mereka yang berpunya.
Selain itu, UAN pun menjadi polemik dimasyarakat. Pasalnaya, kualitas pendidikan hanya diukur dari mata pelajaran yang diujikan saat UAN. Padahal, banyak siswa yang pintar dalam mata pelajaran lain. Sehingga, tak heran jika pemenang olimpiade fisika tan lolos UAN.
Ini di perparah dengan kesadaran insan pendidikan yang masih sangat rendah mengenai pentingnya pendidikan. Ditambah institusi pendidikan yang telah melenceng dari tujuan utamanya, yakni dari mencerdaskan anak didik menjadi meluluskan anak didik. Yang berawal dari mendapatkan ilmu pengetahuan, menjadi mendapatkan nilai diatas standar minimal yang ditetapkan pemerintah.
Guru yang bertujuan menyelenggarakan proses belajar mengajar cenderung sibuk memikirkan kebijakan pemerintah agar bisa menyesuaikan. Sehingga, pemikirannya untuk mencerdaskan anak didiknya tersuta untuk itu. Kebanyakan masyarakat yang seharusnya menjadi kontrol pendidikan kenyataanya masih buta akan pendidikan karena minimnya informasi.
Selain itu, budaya membaca masyarakat pun masih kalah dengan negara tetangga kita, Malaysia. Ini dapat dilihat dari buku yang dicetak oleh negara tetangga lebih besar dari Indonesia. Ini mengindikasikan bahwa minat baca masih rendah. Padahal, membaca adalah gerbang ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, perlu adanya gerakan secara serempak antar insan pendidikan, mulai dari pembuat kebijakan, sekolah, guru, siswa, orang tua serta masyarakat umum untuk memajukan pendidikan nasional. Sehingga, perlu menumbuhkan kesadaran pada diri masing-masing tentang arti dan tujuan dari sebuah proses belajr mengaajar.
Ditambah bagaimana cara untuk menyikapi dan mencerna kebijakan pemerintah sesuai dengan tujuannya. Serta memberikan pendidikan menyeleruh tanpa melihat si kaya dan si miskin. Pasalnya, pendidikan adalah hak bagi seluruh warga negara. Oleh karena itu di perlukan sebuah semangat untuk menuju sebuah pendidikan yang humanis.
Semangat untuk membangun Pendidikan di Indonesia secara merata disegala lapisan masyarakat, harus diawali dengan menjalankan beberapa kegiatan yang bertujuan membangun pendidikan. Untuk itu, sebuah bentuk Pengabdian Kami selaku Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK) berupaya untuk berperan menjadi bagian dari wujud kepedulian kami selaku mahasiswa untuk terus memajukan Pendidikan yang humanis, serta berkualitas.
Maka dari itu, perlu kiranya kami menyelenggarakan sebuah acara yang di beri nama Festival Pendidikan BEM FKIP UMK 2010 dengan mengambil tema “Psikopedagogik Berbingkai Budaya”. Bentuk kegiatan ini kami kemas kedalam beberapa jenis kegiatan lomba pendidikan, workshop pendidikan, serta pameran beberapa produk pendidikan. Kegiatan ini pada dasarnya bertujuan meningkatkan motivasi sera konsentrasi para guru dalam proses belajar mengajar, menumbuhkan semangat belajar siswa. Di samping itu kegiatan ini juga di tujukan menjawab keinginan masyarakat akan kebutuhan berbagai sumber produk pendidikan yang selama ini belum mampu dinikmati secara merata.
Berkaitan dengan tema yang kami angkat “Psikopedagogik Berbingkai Budaya” ini terdapat keterkaitan  antara aspek pendidikan dengan peran sebuah budaya dalam pengembangan mutu intelektualitas sebuah pendidikan yang humanis. Sesuai dengan teori Theodore Brameld dalam karyanya “Cultural Foundation of Education” (1957) menyatakan adanya keterkaitan yang erat antara pendidikan dengan kebudayaan berkenaan dengan satu urusan yang sama, dalam hal pengembangan nilai.
Sementara itu Edward B. Tylor dalam karyanya "Primitive Culture" (1929) meaparkan bahwa kebudayaan mempunyai tiga komponen strategis, yaitu sebagai tata kehidupan (order), suatu proses (process) , serta bervisi tertentu (goals), maka pendidikan merupakan proses pembudayaan. Dan dalam hal ini kita mengartikan bahwa kebudyaan dalam pendidikan adalah bagaimana mendidik siswa sesuai jenjang pendidkannya.